Yoshitaka Fukuda dropout dari SMA untuk mendirikan
Aiful pada tahun 1967. Kala itu, ia masih berusia 19 tahun, dan Aiful
masih bergerak sebagai sole proprietorship, atau sebuah bisnis
kepemilikan tunggal yang dijalankan sendirian. 11 tahun jalan di tempat,
ia mengubah arah bisnisnya ke consumer finance, seperti kartu
kredit, KPR, kredit usaha kecil, dan pinjaman dengan jaminan. Di sini ia
sukses besar.
Aiful berkembang dengan mencaplok kompetitor-kompetitor
kecil lainnya hingga ia berhasil meraih marketshare terbesar di industri
consumer finance, terutama setelah kompetitor utama mereka
tersandung skandal. Kala itu, kekayaan bersih Fukuda hingga mencapai
$5,6 miliar. Majalah Forbes menobatkan Yoshitaka Fukuda sebagai salah
satu dari 10 orang terkaya di Jepang. Aiful memiliki lebih dari 1777
cabang. Mesin ATM mereka tersebar di seluruh Jepang. Yoshitaka Fukuda
berhasil membuka hingga lebih dari 3000 lapangan pekerjaan.
Salah satu faktor yang melatarbelakangi kesuksesan Aiful datang dari
image yang ia bangun. Di samping kesan kaku dan serius layaknya
perbankan tradisional, Aiful justru menampakkan citra mereka dengan
warna-warna cerah dan eye-catching, yang riuh dan lebih hidup.
Kampanye mereka, orang lansia yang terjebak hutang karena jatuh cinta
terhadap Chihuahua, berhasil menciptakan sensasi. Berkat iklan ini,
Chihuahua bahkan jadi hewan peliharaan paling diburu di Jepang.
Akan tetapi, hidup itu seperti roda, ia selalu berputar. Seringkali dengan kencang.
Hidup itu tidak selalu di puncak. Inilah hikmah yang bisa kita petik
dari kehidupan Yoshitaka Fukuda. Sejak berada di posisi puncak, namanya
justru terus meredup. Aiful memiliki banyak teknik repayment, yang
mana beberapa dianggap tidak bermoral. Karena teknik-teknik ini,
citranya seringkali disama-samakan sebagai rentenir. Selain itu,
perusahaan ini seringkali kena tuntutan akibat mengeksploitasi masalah
keuangan beberapa konsumen dengan menawarkan pinjaman tingkat tinggi
yang harus dijamin dengan agunan. Beberapa kelompok advokasi dibentuk
untuk mewadahi mereka-mereka yang merasa menjadi korban praktek-praktek
tersebut. Hingga pada tahun 2006, pemerintah Jepang mengeluarkan sanksi
beripa suspensi bisnis yang memaksa Aiful untuk menutup operasi domestik
mereka selama 3-25 hari kerja di beberapa daerah. Aiful merugi besar.
Bukan cuma dari material, namun dari segi citra.
“Suspensi nasional adalah hukuman yang sangat berat,” kata pakar
keuangan Jepang, Reiko Toritani, dikutip dari Bloomberg. “Ini juga
memukul consumer lenders dari segi pencitraan publik yang mengikis.”
Belum selesai satu, datang badai susulan. Pemerintah merevisi suku
bunga kredit maksimum 18.75% dari batas legal sebelumnya 29%. Putusan
ini memungkinkan konsumen untuk mengklaim kembali bunga yang telah
mereka bayar pada perusahaan-perusahaan seperti Aiful untuk jangka waktu
hingga 10 tahun sebelumnya. Akibatnya, Aiful dihujani oleh klaim
pembayaran bunga.
Belum selesai lagi, gelombang badai ketiga datang. Kali ini menerpa
citra Fukuda. Ia terbukti bersalah setelah gagal untuk melaporkan 647
ribu dolar Amerika dalam pendapatan antara tahun 2000 dan 2001.
Hingga kini, perusahaan ini sulit bangkit. Sejak menempati 10 besar
orang terkaya Jepang dengan nilai kekayaan 5,6 miliar dolar Amerika,
kekayaannya menyusut tinggal 10 persen saja, yakni 565 juta dolar
Amerika.
Namun life goes on, so does the battle. Pemimpin harus tahu langkah apa yang harus diambil.
Inilah pelajaran kedua yang bisa kita petik dari Fukuda. Bukannya
menyerah dan sembunyi, sebagai pemimpin, ia justru berdiri di garis
depan. Secara langsung, ia meminta maaf kepada pelanggan dan pemegang
saham mereka pada konferensi pers di Tokyo dan mengatakan bahwa Aiful
akan menghapuskan insentif upah, yang menurutnya berkontribusi terhadap
tindakan ilegal. Fukuda juga mengambil pemotongan gaji 30 persen selama
tiga bulan dan gaji eksekutif akan diturunkan sebesar 10 hingga 20
persen. Hingga kini, Fukuda fokus bekerja untuk meningkatkan jumlah
kontrak baru dan portofolio mereka. Sampai hari ini, perusahaan ini juga
terus mencari peluang investasi baru. (https://id.berita.yahoo.com/jutawan-industri-keuangan-jepang-ini-040038594.html)
No comments:
Post a Comment
Komentar