Bakso Lele, Alternatif Baru Pecinta Kuliner

Wednesday, 1 April 2015

KULONPROGO - Puluhan tahun menekuni budidaya lele, Sukarjo, warga Ploso Banguncipto Sentolo, akhirnya berhasil menjadi pemasok bagi puluhan warung pecel lele di sepanjang Jl Wates wilayah Sentolo.
Namun, tidak semua ukuran lele budidayanya laku. Tidak sedikit ikan lele itu mengalami oversize, daripada tidak laku atau termanfaatkan, Sukarjo pun berkreasi mengolahnya menjadi bakso lele.
Tiga tahun berlalu dan olahannya itu berhasil menarik pelanggan, terutama untuk konsumsi dalam berbagai pertemuan pemerintahan. Permasalahannya satu, selain memenuhi pesanan dalam pertemuan dan rapat pemerintahan, Sukarjo kesulitan memasarkannya.

"Lama-lama kehabisan tenaga. Sudah sibuk di pengolahan, pasarnya kesulitan," ujar Sukarjo, Minggu (29/3/2015).
Beruntung, Sukarjo sebagai pengelola Kelompok Asuh Keluarga Binangun (KAKB) Bangun Raos ini mendapat dukungan dari koperasi yang menaunginya, Koperasi Binangun Sejati. Bersama koperasi ini, dalam waktu dekat meluncurkan program 100 gerobak bakso ikan lele untuk membedah pasar hasil produksinya itu.
Di rumahnya yang sekaligus sebagai tempat produksi, Minggu kemarin, Koperasi Binangun Sejati dan Sukarjo menggelar pelatihan pembuatan bakso lele. Sebagai tahap awal, peluncuran gerobak bakso lele akan dimulai sejumlah 20 unit, disebar di beberapa wilayah kecamatan.

Sukarjo menceritakan, pembuatan bakso lele itu merupakan pertanggungjawabannya kepada anggota kelompok sebagai petani ikan lele. "Karena yang laku di warung pecel lele hanya ukuran tertentu, yang oversize harus diolah jadi bakso lele, dan menghasilkan pendapatan," katanya.
Sukarjo mengakui, ide awal membuat bakso lele berawal saat dirinya rajin menghadiri acara pemberdayaan dari pemerintah. Olahan bakso lele merupakan salah satu yang diperolehnya. Ilmu tersebut kemudian direalisasikannya, mengingat bahan sudah ada dan banyak petani atau pembudidaya lele di sekitarnya.
"Proses pengolahan sama, ada tambahan putih telur, tepung, tapi proses sama," katanya.
Uniknya, bakso lele buatannya awet selama setahun. Padahal dalam prosesnya tanpa pengawet, kecuali hanya dengan teknik penyimpanan di freezer. Selama ini, bakso lele dibanderol Rp 65 ribu per kilogram. Namun produksi selama ini masih tergantung pesanan event rapat.
Sekretaris Koperasi Binangun Sejati, Sutanto, mengatakan kelompok usaha yang dikelola Sukarjo merupakan salah satu dari 68 kelompok yang dinaunginya. Dia menegaskan, program 100 gerobak bakso lele adalah gebrakan dalam pemasaran.
"Rencananya bulan ini penempatan gerobak di Wates empat, Sentolo dua, Nanggulan satu, Lendah satu, Kokap dua, Temon dua, Girimulyo dan Pengasih masing-masing satu," kata Sutanto.

No comments:

Post a Comment

Komentar